TARAKAN – Sikap Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) mencopot jabatan Norhayati Andris sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Kalimantan Utara (Kaltara), mengundang simpati dari kader berlambang kepala banteng ini.
Seperti diketahui, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mencopot Norhayati Andris dari jabatannya sebagai Ketua DPRD Kaltara, melalui surat DPP PDIP Nomor 3547/IN/DPP/XI/2021 tertanggal 29 November 2021. Posisinya digantikan Albertus Stefanus Marianus. DPP PDIP juga membebaskan Norhayati Andris dari jabatannya sebagai Sekretaris DPD PDIP. Posisinya kemudian digantikan Datu Yasir Arafat.
Apa yang dialami Norhayati Andris ini mendapat simpati dari Steve Singgih Wibowo. Ia menilai ada informasi yang salah yang diterima Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Menurutnya, alasan yang disampaikan kepada DPP PDIP tidak prinsip.
“Inikan terlalu subyektif, langsung tiba-tiba mengganti dengan alasan yang tidak masuk akal menurut aku, yang tidak prinsip. Kalau ibu Nor terlibat korupsi, kemudian narkoba dan segala macam yang membahayakan partai, ya itu mungkin langsung diidentifikasi dan antisipasi,” tuturnya kepada awak media, Jumat (10/12/2021).
Mestinya, menurut pria yang pernah menjadi calon anggota legislatif DPRD Kaltara pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 dari PDIP ini, ada pembinaan yang dilakukan terlebihdulu kepada Norhayati Andris.
Ia juga menilai, Norhayati Andris terkesan tidak mendapatkan kesempatan untuk memberikan hak jawab. Sehingga timbul kesan Norhayati Andris bersalah dalam persoalan ini. Padahal jika berbuat salah, mestinya diberikan peringatan secara bertahap.
“Hak jawab bu Nor kan tidak ada kesannya. Masyarakat menjustifikasi bahwa ibu Nor yang salah, sampai dua jabatan antara ketua dan sekretaris kok langsung dicopot. Tidak ada unsur pembinaan di sini. Yang harusnya kan paling tidak kalau ada salah ya diperingati 1, peringati 2 dan sebagainya kemudian kita rembuk,” tuturnya.
Menurut Steve Singgih, jika memang Norhayati Andris salah, harusnya Ketua DPD PDIP Kaltara turut bertanggung jawab. “Kalau misalkan anak buah salah, kalau dalam militer itu tanggung jawab pemimpinnya juga. Salah juga, tidak mesti salah anak buah karena tidak ada unsur pembinaan,” tuturnya.
Steve Singgih juga menilai, isu Norhayati Andris dekat dengan kader dari partai lainnya, bukan alasan yang prinsip. Karena sepengetahuannya, Norhayati Andris sudah 20 tahun menjadi kader PDIP dan berjuang sejak di Kabupaten Tana Tidung (KTT).
Dengan pengalaman itu, Steve Singgih menilai, seorang Norhayati Andris tidak mungkin menggadaikan partainya untuk partai lain. Di sisi lain, Steve Singgih menilai, sebagai seorang Ketua DPRD Kaltara, boleh-boleh saja dekat dengan kader partai lain. Karena mereka berada dalam satu rumah sehingga harus mengayomi anggotanya.
Steve Singgih juga mempertanyakan sikap DPP PDIP menunjuk Albertus Stefanus sebagai pengganti Norhayati Andris. Karena sepengetahuannya, mestinya suara terbanyak kedua yang menggantikan Norhayati Andris.
“Kalau memang ini untuk penyegaran, harusnya yang gantikan ibu Nor adalah orang kedua suara terbanyak dari PDI, bukan dari daerah lain,” tuturnya.
Steve Singgih menegaskan bahwa posisinya tidak untuk membela Norhayati Andris, hanya meluruskan. Justru sebagai kader Steve Singgih prihatin dengan PDIP ke depan. Karena dengan persoalan ini ia menilai bisa mengancam suara PDIP pada pemilu 2024.
“Hanya meluruskan, sebagai kader kok seperti ini partai, inikan bahaya untuk 2024. Kalau bu Nor, Rahmad Sewa lengser, kan rugi kita sebagai partai, termasuk saya, saya juga penyumbang suara walaupun tidak banyak,” tuturnya.
Steve Singgih meminta untuk menghentikan fitnah yang dilontarkan kepada Norhayati Andris. Karena baginya, Norhayati Andris adalah salah satu kader PDIP terbaik di Kaltara.
“Stop lah sudah. Kalau memang konsumsi kita, konsumsi kita saja. Jangan menjadi blunder. Apa yang terjadi sekarang ini saya minta sebagai kader, ya sudah, stoplah. Kalau memang diganti ya diganti,” tegasnya.
Steve Singgih juga menilai, persoalan yang dihadapi Norhayati Andris tidak ada kaitannya dengan Deddy Yevri Hanteru Sitorus. Karena ia mengenal kedua kader PDIP ini memiliki hubungan yang baik.
“Kalau ada isu-isu bahwa ini kerjanya Deddy Sitorus, saya rasa itu tidak mungkin. Karena bang Deddy itu adalah orang yang membesarkan partai PDI di Kaltara. Kalau kita lihat juga bang Deddy dengan ibu Nor adalah kader militan yang baik dan hubungan mereka baik dan seingat saya pada waktu almarhum bapaknya bang Deddy meninggal setahun yang lalu, hanya ibu Nor yang datang melayat ke rumahnya bang Deddy di Sumatera. Itu artinya kedekatan ibu Nor dengan bang Deddy kan sudah dekat,” tegasnya. (jkr)
Discussion about this post