TARAKAN – Sempat mengalami deflasi beberapa bulan terakhir, perekonomian di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mulai memperlihatkan grafik inflasi pada Oktober 2021.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalimantan Utara mencatat inflasi Kaltara pada Oktober sebesar 0,49 persen (mtm), yang disumbangkan Kota Tarakan dengan inflasi 0,68 persen (mtm). Sedangkan Tanjung Selor mengalami deflasi 0,30 persen (mtm).
“Kondisi inflasi ini disebabkan oleh kelompok transportasi yang tercatat mengalami tekanan inflasi 5,30 persen (mtm) dibanding September 2021 yang mengalami deflasi sebesar 0,21 persen (mtm),” demikian pernyataan KPwBI Kaltara dalam rilisnya yang diterima awak media ini, Kamis (4/11/2021).
Peningkatan tekanan inflasi kelompok transportasi ini terutama disebabkan oleh mulai dilonggarkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di beberapa daerah, seiring dengan kasus harian Covid-19 yang kian terkendali, menyebabkan peningkatan mobilitas masyarakat.
Hal ini mendorong demand masyarakat terhadap komoditas angkutan udara yang sebelumnya sempat tertahan di tengah PPPKM pada bulan Juli-September lalu.
Meski mencatat inflasi bulan Oktober, inflasi tahunan Provinsi Kaltara pada periode Oktober 2021 masih berada di bawah kisaran sasaran inflasi 3,0 persen ±1 persen (yoy), yakni sebesar 1,07 persen (yoy).
Mulai meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok transportasi seiring dengan pelonggaran PPKM di beberapa wilayah termasuk di Kaltara. Kondisi ini berdampak pada peningkatan mobilitas masyarakat termasuk dari pergerakan masyarakat menggunakan moda transportasi udara.
Sehingga dengan kondisi itu turut menyebabkan adanya peningkatan tarif angkutan udara di tengah terbatasnya supply (armada yang beroperasi) di Kaltara. Dengan demikian, secara bulanan dan tahunan, kelompok transportasi memberi tekanan inflasi 0,61 persen (mtm) dan -0,27 persen (yoy).
Di sisi lain, kelompok makanan, minuman dan tembakau menunjukkan tren penurunan tekanan harga dan tercatat mengalami deflasi sebesar 0,36 persen (mtm).
Tiga komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan dari kelompok makanan, minuman dan tembakau antara lain daging ayam ras (-0,07 persen), tomat (-0,03 persen), dan bawang merah (-0,02 persen).
Sementara itu, komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan (mtm) terbesar yaitu tahu mentah (0,03 persen) dan rokok putih (0,03 persen).
Tekanan inflasi Oktober 2021 untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau masih relative rendah jika dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh mulai membaiknya demand masyarakat di tengah terjaganya pasokan dari daerah penghasil.
Lebih lanjut, kondisiover supply khususnya untuk komoditas daging ayamras dan bawang merah terjadi akibat adanya panen raya di daerah sentra penghasil Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Secara bulanan kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil deflasi 0,11 persen (mtm), sedangkan secara tahunan kelompok tersebut memberikan andil terhadap inflasi sebesar 1,06 persen (yoy) di Oktober2021.
Mencermati perkembangan sampai dengan Oktober 2021 tersebut, KPwBI Provinsi Kaltara mengharapkan inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2021, yaitu 3,0±1 persen.
Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus diperkuat dengan melakukan berbagai tindakan yang salah satunya adalah secara berkala menyelenggarakan High Level Meeting (HLM) TPID.
HLM TPID yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dari tingkat Provinsi, Kabupaten, serta Kota di Kalimantan Utara ini diharapkan mampu menemukan isu local terkait kondisi dan permasalahan pemenuhan pasokan intra daerah.
Adapun isu terdekat yang akan terjadi saat ini adalah mempersiapkan HBKN Natal dan Tahun Baru 2022 serta persiapan kenaikan cukai rokok pada 2022 mendatang.
Dari pertemuan ini juga diharapkan dapat merumuskan langkah-langkah efektif yang dapat digunakan sebagai solusi dari permasalahan tersebut.
Di sisi lain, Bank Indonesia terus aktif bersinergi dengan berbagai pihak termasuk Pemda untuk terus menjaga daya beli masyarakat tetap kompetitif melalui berbagai program termasuk pengembangan produksi, produktifitas, dan target market UMKM dikala pandemi. (*)
Sumber: Humas KPwBI Provinsi Kaltara
Discussion about this post