TARAKAN – Kalimantan Utara (Kaltara) mencatatkan deflasi sebesar -0,15 persen (mtm) pada Juni 2021. Hal ini sejalan dengan pola historis tahunan Provinsi Kaltara pada periode pasca Hari Besar Keagamaan Besar (HBKN) Ramadhan dan Idulfitri 1442 Hijriah yang cenderung mengalami deflasi.
Deflasi Kaltara disumbangkan dari Kota Tarakan yang mengalami deflasi sebesar -0,19 persen (mtm), berbeda dengan Kota Tanjung Selor yang mengalami inflasi sebesar 0,01 persen (mtm).
“Pelemahan tekanan inflasi ini, disebabkan oleh normaliasi harga komoditas, terutama untuk komoditas pada kelompok transportasi dan bahan makanan, pasca festive effect HBKN Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idulfitri pada bulan Mei 2021 lalu,” demikian rilis Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kaltara, Senin (5/7).
Kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar -1,01 persen (mtm) lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 1,42 persen (mtm). Sejalan dengan hal tersebut, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat juga mengalami deflasi sebesar -0,11 persen (mtm), jauh lebih rendah dibanding Mei 2021 yang mengalami inflasi sebesar 0,83 persen (mtm).
Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Provinsi Kaltara pada periode Juni 2021 sebesar 1,69 persen (yoy) atau berada di bawah kisaran sasaran inflasi 3,0 persen ±1 persen (yoy).
Dijelaskan lebih rinci, rendahnya tekanan inflasi pada kelompok transportasi dipengaruhi oleh normalisasi harga angkutan udara akibat dari penurunan demand masyarakat sejalan dengan telah berakhirnya masa festive effect akibat HBKN Hari Raya IdulFitri.
Secara bulanan dan tahunan, kelompok transportasi mencatat inflasi dengan andil sebesar -0,12 persen (mtm) dan 0,51 persen (yoy).
Di sisi lain, tiga komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan dari kelompok makanan, minuman dan tembakau antara lain cabai rawit (-0,18 persen), angkutan udara (-0,12 persen) dan ikan bandeng/bolu (-0,03 persen). Sementara itu, komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan (mtm) terbesar yaitu sawi hijau (0,08 persen) dan kacang panjang (0,04 persen).
Tekanan inflasi Juni 2021 untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya disebabkan menurunnya demand masyarakat pasca HBKN Hari Raya Idulfitri di tengah pasokan dan rantai distribusi yang terjaga, sejalan dengan koordinasi yang terus dilakukan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untukmenjaga agar inflasi tetap rendah dan stabil.
Secara bulanan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat mengalami deflasi dengan andil sebesar -0,03 persen (mtm), sementara secara tahunan kelompok ini tercatat mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,66 persen (yoy).
Inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2021, yaitu 3,0±1 persen.
Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat, dengan melakukan berbagai tindakan yang merupakan hasil dari High Level Meeting (HLM) TPID dengan Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota di Kalimantan Utara melakukan pengendalian harga komoditas pada komoditas yang berpotensi mengalami inflasi.
Selain itu, dalam menghadapi sejumlah risiko yang dapat mendorong kenaikan harga, Bank Indonesia terus mendorong Pemda setempat untuk melakukan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) terutama untuk komoditas yang memiliki tekanan inflasi yang tinggi dan frekuensi yang sering.
Terkait dengan risiko spillover dari pemberlakuan PPKM darurat di Jawa dan Bali, TPID di wilayah Provinsi Kaltara bersama dengan 5 Kabupaten dan Kota akan terus bersinergi untuk memastikan ketercukupan supply dan kelancaran jalur distribusi serta logistik bahan pangan khususnya yang berasal dari Pulau Jawa dan Bali. (Humas KPwBI Provinsi Kaltara)
Discussion about this post