TARAKAN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan mulai merasakan dampak dari gelombang kedua pandemi Covid-19 di Tarakan.
Meningkatnya jumlah pasien yang dirawat membuat rumah sakit milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) ini kekurangan oksigen untuk memenuhi kebutuhan setiap hari.
Menurut Direktur RSUD Tarakan dr. Franky Sientoro Sp.A, hingga Kamis (22/7/2021), ada 70 pasien yang dirawat di RSUD Tarakan. Sekira 80 persen menggunakan oksigen. Dengan kondisi itu, setiap harinya RSUD Tarakan membutuhkan minimal 200 tabung oksigen.
Yang menjadi persoalan adalah ketersediaan oksigen. RSUD Tarakan bahkan harus mengambil langsung di pabriknya di Kelurahan Juata Laut. Itupun harus antre dengan rumah sakit lain yang juga membutuhkan oksigen.
Jika di masa normal pihaknya mampu membawa hingga 40 tabung setiap hari, dalam kondisi sekarang begitu mendapatkan 5 tabung, langsung dibawa ke RSUD Tarakan untuk dimanfaatkan karena tidak ada stok cadangan.
“Gelombang kedua ini lebih tinggi pemakaian oksigennya. Gelombang pertama dulu anak buah saya tidak berebutan gas. Sekarang ini empat, lima rumah sakit berebutan gas, antre parkir mobil, saya sudah menggerakkan 6 mobil pikap untuk stanby ambil gas,” ungkap dr. Franky Sientoro, Kamis (22/7/2021).
Dengan kondisi itu, RSUD Tarakan terpaksa meniadakan operasi terencana hingga dua minggu ke depan, kecuali operasi darurat karena memprioritaskan penggunaan oksigen untuk pasien Covid-19, ICU maupun jantung.
“Semua operasi elektif, operasi yang direncanakan ditiadakan, mulai tanggal 23 Juli sampai dua minggu ke depan, karena tidak cukup oksigen, tidak cukup tenaga, Kecuali operasi darurat tetap kita lakukan,” ungkapnya. (jkr)
Discussion about this post