TARAKAN – Pelaku usaha kecil terutama penjual gorengan, mengeluh lantaran harga minyak goreng mengalami kenaikan.
Hal itu dirasakan Asriani, salah satu pedagang gorengan di Pasar Gusher Tarakan. Ia mengaku membeli minyak goreng kemasan jeriken ukuran 5 liter saat ini Rp 90 ribu.
Dampaknya, pendapatan Asriani berkurang karena menyiasati kenaikan harga. Ia terpaksa mengurangi dagangan gorengannya. Sementara harga tetap sama agar bisa dijangkau konsumen.
“Banyak pengaruhnya, baru gorengannya begitu saja harganya. Cuma bertahan saja karena langganan-langganan,” ujar Asriani kepada awak media, Jumat (5/11/2021).
Asriani juga menyiasati kenaikan ini dengan mengurangi penggunaan minyak goreng, Jika sebelumnya menghabiskan hingga 5 jeriken dalam sehari, kini hanya 3 jeriken.
Warga lainnya, Agus Muslim, meminta pemerintah daerah dapat menyikapi kenaikan harga minyak goreng untuk meringankan beban ekonomi masyarakat yang saat ini masih kesulitan dampak pandemi Covid-19.
“Sebenarnya ini perlu disikapi sama pemerintah, karena inikan pandemi, banyak juga masyarakat ekonominya terpuruk juga,” harapnya.
Agus berharap ada operasi pasar atau pasar murah yang dilakukan pemerintah daerah. Sehingga harga bisa dijangka oleh masyarakat.
Salah satu pedagang di pasar Gusher Wahid membenarkan. Hal ini dipicu naiknya harga CPO (Crude Palm Oil) ditambah biaya pengiriman menggunakan kontainer. “Makanya naik drastis,” imbuh pedagang kebutuhan pokok ini.
Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bulungan-Tarakan Ana Sri Ekaningsih juga sependapat. Pemerintah diharapkan turun tangan agar tidak terjadi gejolak ekonomi yang bisa berdampak pada harga barang-barang lainya.
“Turun tangannya pemerintah harus supaya naiknya tidak signifikan terus atau naik-naik terus. Harus ada pembatasan,” ujarnya kepada awak media, Sabtu (6/11/2021).
Menurutnya, pemerintah sudah pernah melakukan intervensi harga. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu dengan mengintervensi telur dan daging. Langkah itu juga diharapkan bisa dilakukan terhadap minyak goreng.
Jika harga minyak goreng tidak terkendali, Ana Sri Ekaningsih khawatir akan memicu inflasi. Apalagi di momentum Natal dan Tahun Baru dimana kebutuhan masyarakat turut meningkat,” tuturnya. (jkr)
Discussion about this post